Senin, 03 Agustus 2015

Esai - Perbedaan Pengaderan Mahasiswa Baru (MABA) di Indonesia dengan Negara Maju


Perbedaan Pengaderan Mahasiswa Baru (MABA) di Indonesia dengan Negara Maju

              Pengaderan artinya proses, cara, pembuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Kader adalah orang yang diharapkan memegang penting dalam pemerintahan, partai, kelompok, dsb (KBBI: 2008).
              Seperti yang telah kita ketahui bahwa sebelum kita masuk atau bergabung di organisasi, sekolah, atau universitas, biasanya dilakukan pengaderan. Pengaderan ini dilakukan untuk memperkenalkan lingkungan kepada mahasiswa baru, orang-orang yang ada di dalam, maupun saling memperkenalkan sesama mahasiswa baru. Tujuan utama pengaderan sebenarnya adalah menghasilkan kader-kader yang berkualitas, mampu bersaing dan berprestasi, dan mampu mewujudkan visi misi organisasi. Perkembangan atau kemajuan suatu organisasi kedepannya sangat ditentukan oleh hasil kader-kadernya yang akan berperan sebagai penerus.
              Di indonesia sangat banyak organisasi, sekolah, dan universitas. Semua menerapkan cara pengaderan yang berbeda-beda, dan biasanya melakukan cara pengaderan seperti apa yang telah dijalaninya atau dirasakanya. Jika senior mengadernya secara keras dan kasar maka cara itu juga yang akan diterapkan kepada juniornya. Dapat dilihat dan diketahui di madia, baik media elektronik maupun media cetak tentang pengaderan-pengaderan di Indonesia. Proses pengaderan di Indonseia masih banyak yang berdampak negatif, seperti terjadinya, pem-bully-an, perkelahian, tawuran, penyiksaan yang berujung maut dan tindakan kekerasan lainnya. Anggota atau mahasiswa baru dihilangkan hak asasinya dan harus memenuhi kewajibannya sebagai anggota atau mahasiswa baru untuk menaati semua aturan yang telah ditetapkan.
              Sangat disayangkan dan memprihatinkan jika dalam pendidikan menganut konsep pengkaderan yang menjajah. Mental penjajah di Indonesia mungkin masih sulit dihilangkan, hal ini dapat dilihat dari keluhan-keluhan anggota, siswa, mahasiswa baru dan orang tua. Mereka harus menyiapkan berbagai perlengkapan dan harus melakukan apa yang diperintahkan meskipun itu tidak mendidik. Berpakaian yang tidak wajar seperti rambut, kepala, dan tangan diikat pita warna-warni, tali sepatu diganti dengan tali rapia, tas dari kardus, selempang dari daun, kalung dari perment dan lain-lain. Jika tidak melakukan apa yang telah diperintahakan maka akan dihukum dan di-bully di depan orang banyak. Orang yang tidak berpendidikan akan tertawa melihat orang yang berpendidikan berpenampilan seperti itu.
Berbeda dengan cara pengaderan yang ada luar negeri. Ada seorang teman yang kuliah di luar negeri, Dia menceritakan saat Dia menjadi mahasiswa baru (MABA) di sana. Selama masa pengaderannya, Dia tidak pernah mengalami tindak kekerasan atau perlakuan buruk dari seniornya. Dia hanya diberi tugas untuk membuat orang di sekitarnya bahagia atau membantu orang lain sebanyak dua puluh orang dalam sehari. Dia membantu nenek-nenek menyembang jalan, membantu orang lain mengangkat barang, membersihkan WC, dan bahkan mendatangi tempat panti asuhan atau panti jompo dan membuat orang-orangnya tersenyum.
Itulah yang membedakan pengaderan di Indonesia dengan negara maju. Jadi sikap kita agar sejajar dengan negara maju adalah harus mengubah sikap salah yang dianggap benar.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar