Minggu, 26 Juli 2015

Cerpen - Kuntilanak Ingin Dipeluk Pocong


Kuntilanak Ingin dipeluk Pocong
Oleh: Abdul Rahman

              Gelapnya malam, suasana sunyi terdengar suara jangkrik mengerik, burung hantu, anjing menggonggong panjang lengking dan suara-suara halus yang terdengar sesekali di tengah malam gelap. Suara-suara yang seperti membisik di telinga meraba-raba merindingkan bulu. Suara anak kecil dan suara tertawa serta tangisan menandakan ekstensinya. Gerakan benda dan bayangan melintas sekejap dalam pandangan.
              Di perbatasan desa Ujung Katinting dengan Balik Papan terdapat tikungan tajam yang setajam silet, pohon beringin besar yang hanya bisa dirangkul lima orang berpegangan tangan membuat jalan itu dijuluki tikungan pohon beringin pencabut nyawa. Hampir dua orang kecelakaan dalam seminggu dan merenggut enam nyawa pengendara. Pengendara cabe-cabean yang boncengan tiga. Anehnya setiap kecelakaan mengalami kejadian yang sama yaitu menabrak pohon beringin besar, katanya pohon beringinnya tidak terlihat dan jalannya tiba-tiba lurus, menurut keterangan para arwah gentayangan di tempat itu.
              Padahal di pinggir jalan tertulis rambu-rambu lalu lintas, “
DILARANG KECELAKAAN RUMAH SAKIT JAUH DAN PENGOBATAN MAHAL!” Namun banyak pengendara menghiraukan dan bahkan tertawa melihat tulisan itu. Jalan yang benar-benar sepi, jauh dari tempat tinggal penduduk dan sangat jauh dari rumah sakit. Sepinya jalan membuat para pengendara melaju dengan kecepatan roket. Padahal telah ada teori, bahwa semakin tinggi kecepatan mengendarai maka akan semakin besar pula peluang terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan kematian.
              Pohon beringin berdiri kokoh, menjulang tinggi tepat di belokan jalan. Di bawah pohon berserakan kuburan di antara akar-akar yang menjalar ke permukaan tanah. Darah mengering di batang pohon, pecahan kaca berserakan dan bebrapa rongsokan kendaraan membuat angker jalanan menikung. Tikungan yang bisa membuat para pengendara membelok ke dunia akhirat. Sering juga bayangan hitam melintas secara tiba-tiba.
              Acong dan Kurti adalah dua anak manusia yang saling mencintai. Mereka telah menjalin cinta tujuh tahun lamanya, namun restu kedua orang tua belum membungkus hubungan mereka. Ayah Kurti tidak menyukai Acong karena tingkah laku dan style Acong seperti Bencong atau banci. Ibu Acong pun tidak suka sama Kurti yang tomboi atau bersifat kelaki-lakian. Acong pernah datang ke rumah Kurti untuk melamarnya tapi Ayah Kurti malah mem-bully Acong habis-habisan. Ketika Acong menyampaikan maksud kedatangannya, Ayah Kurti tertawa dan mengatakan ” Maaf Cong, saya tidak punya anak  laki-laki. Putriku mencari suami bukan mencari istri kayak kamu.”
              Acong tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya bisa menangis dan pergi. Penampilan Acong memang bencong tapi mentalnya laki-laki banget. Dia ingin merubah semuanya. Dia berani mendatangi ustads dan meminta penjelasan.
              “Ustaz, apakah mendapat dosa jika memakai pakaian perempuan atau tingkah lakunya seperti perempuan?” tanya penasaran sambil mencabut bulu mata palsunya.
              “Iya, perbuatan itu akan mendapatkan dosa, sebagaimana Ibnu ‘Abbas radiallahu ‘anhuma berkata yang artinya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” Jelasnya  
              “Ooooo, gitu yaa ustaz, terimakasih atas pencerahannya, saya mau tobat. Mulai besok saya pake hijab!” Cetusnya polos.
              Ustaz tepuk dahi dan mengucapkan istiqfar bertubi-tubi. Tasbihnya berputar kencang bagai roda ban motor Rossi. Dengan sedikit jengkel Ustaz bertanya
              “Kamu itu, akhwat atau ikhwan?”
              “Bukan Ustaz, saya temannya Iwan.”
              “Gerrr, maksud saya, kamu cowok atau cewek sih?” Tanya Ustaz ragu.
              “Saya cowok, namaku Acong. Asal ustaz tau, meskipun saya bencong tapi saya masih normal. Saya punya pacar.” Bentak Acong dengan menunjukkan kelaki-lakiannya yang sebenarnya.  
              Acong pergi meninggalkan ustaz dengan kesal dan jengkel. Mem-bully adalah kebiasaan yang bisa mengubah mental seseorang. Orang yang sering di-bully akan sering menyendiri, tidak percaya diri, mengorbankan perasaan, dan berkecil hati.
              Suatu malam Acong menunjukkan keberaniannya, dia mendatangi rumah Kurti. Motor Legenda warisan kakek yang setia mengantarnya sampai ke rumah Kurti. Seperti biasanya, Acong akan menarik seutas tali yang membuat lonceng di jendelah kamar Kurti berbunyi. Kurti membuka jendela dan melemparkan kertas yang beririsi pesan”Ambilkan saya tangga di belakang rumah.” Acong langsung menuruti yang diperintahkan oleh Kurti. Celana bola dan baju hitam oblong yang melekat di badan, Kurti mengambil motor Acong dan mengajaknya pergi. Acong bingung, apa yang akan dilakukan dan kemana Kurti mau pergi. Dahinya mengkerut hingga lekukannya membentuk tanda tanya.
              “Tunggu, kita mau kemana, kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? tolong jelaskan kepadaku!” Tanya Acong penasaran sambil menahan motor dan mengambil kuncinya.
              “Saya tidak bisa jelaskan sekarang, demi cinta, kita harus bersama. Jika kamu masih ingin bersamaku. Tolong kamu harus ikut denganku sekarang juga, saya sangat sayang sama kamu. Kamu juga sayang kan sama saya. Jika kamu benar-benar sayang sama saya, kita harus pergi sejauh mungkin, sekarang!” Desak Kurti dengan menahan air matanya yang akan jatuh di pipi.
              “Cobalah jelaskan kepadaku, saya akan membawamu kemanapun kamu mau. Saya siap tulangku di jadikan perahu untuk menyebrangi samudra jika itu membuatmu merasa aman.” Ucap Acong meyakinkan.
             “Saya tidak mau berpisah dengan kamu, bawa saya pergi sejauh mungkin, walaupun sampai ke planet Venus. Ingin rasanya saya pindah dari dunia ini. Dunia yang bisa menerima cinta kita.  Orang tuamu tidak menyukai saya, orang tuaku tidak menyukai kamu namun di hati kita tumbuh rasa saling menyukai yang telah terikat dalam rana cinta. Besok, ada  orang yang akan melamarku, saya tidak mau berpisah dengan kamu!” Ungkapnya memegang tangan Acong.
Mereka berani meninggalkan segalanya. Ketika cinta meronta maka kekuatan manusia tak mampu menghentikannya. Acong ingin membawa Kurti ke rumah neneknya yang tinggal di gunung Lompo Battang. Cahaya lampu motor yang redup dan suaranya yang meraung-raung, namun kecepatannya lumayan tinggi Acong telah memasuki desa Balik Papan, dan akan melewati perbatasan antara desa Ujung Katinting dengan Balik Papan. Dua desa yang dibatasi oleh pohon beringin besar di tikungan tajam. Tikungan tajam setajam silet yang bisa memutuskan nyawa.
Motor melaju kencang, Kurti memeluk tubuh Acong dengan erat. Inilah taktik yang biasa digunakan para cowok ketika membonceng seorang cewek. Para cowok mengambil landasan teori, jika yang membonceng menambah kecepatan, yang dibonceng mengeratkan pegangan atau pelukan. Ini teori oleh para ahli MoDus (Modal Dusta).
Acong sangat senang dipeluk Kurti, ia pun menambah kecepatan laju motor. Meskipun yang bertambah hanya suaranya, lajunya tetap. Motor yang di gunakan kakek Acong dulu, untuk mendapatkan cinta nenek. Menurut mitos kakek, motor bisa jadi lem yang membuat cewek melengket. Mitos ini yang dipercaya oleh cowok zaman sekarang untuk mendekati cewek materialis. Dan ini sangat ampuh, dibandingkan jampi-jampi atau matra pemikat hati.
Acong tidak konsentrasi dan tegang, sehingga tidak melihat mobil sepuluh roda yang melaju berlawanan arah, berada dalam satu jalur. Dengan terpaksa, Acong lebih memilih lurus di tikungan. Motornya menabrak batu sehingga mereka terlempar. Terlempar ke pohon beringin. Namun tubuh Acong dan Kurti ditadah kayu runcing. Kayu runcing itu menusuk tubuh mereka hingga tembus seperti sate. Meskipun maut melepaskan nyawa mereka, tetapi  Kurti tidak melepaskan pelukannya dari Acong.
Cinta sejati sampai mati yang terpaku dalam hati dan saling menyayangi tiada henti, itulah cinta Acong dan Kurti. Memilih jalan silariang (kawin lari) ketika cinta tak direstui bukan solusi cinta sejati. Banyak orang tidak mengetahui jalan dan tujuan cintanya, sehingga cintanya membelok dan tak sampai pada tujuan.
Acong dan Kurti ingin sekali menikah, tetapi orang tua Acong menjadi samudra luas dan orang tua Kurti menjadi gunung menjulang yang menghalangi tujuan cinta mereka. Orang tua mereka baru menyesal setelah anaknya silariang dan meninggal di jalan akibat kecelakaan. Arwah mereka gentayangan karena keinginannya belum tercapai, yaitu menikah dengan restu orang tua. Kurti menjadi kuntilanak sedangkan Acong jadi pocong. Mereka menghantui orang-orang yang menghalangi cinta mereka dulu, dan orang yang lewat di jalan tikungan pohon beringin pencabut nyawa. Meskipun mereka gentayangan, tetapi masih sangat romantis. Mereka tetap menjalin hubungan dan saling menyayangi di dunia lain.
Suatu malam yang sunyi dan rembulan tak nampak, Pocong ingin melamar Kuntilanak di bawah pohon beringin yang suhu udaranya sangat dingin. Pocong kedinginan sehingga menghangatkan badannya dengan memeluk dada. Pocong tidak punya cincin untuk melamar Kuntilanak. Untuk moment yang lebih indah, Pocong meminta Kuntilanak untuk mengangkatnya ke atas pohon. Karena Pocong tidak bisa terbang, dia hanya bisa lompat-lompat. Meskipun sedang galau tak terhalau, sedih, marah, dan kecewa, Pocong tetap lompat-lompat.
Di atas pohon beringing, Pocong menyuruh Kuntilanak untuk membuka tali pocong bagian kepalanya, kemudian dibentuk menjadi cicin. Cincin yang terbuat dari tali pocong terikat di jari manis Kuntilanak. Setelah Kuntilanak memakai cincin pemberian Pocong, dia meminta satu permintaan.
“Karena kamu telah mengikatku dengan cinta, saya ingin kamu peluk diriku!” Pintanya dengan membentangkan tangan.
“Maaf sayang! Saya tidak bisa karena kita bukan muhrim. Dan saya juga tidak bisa karena tanganku terikat. Kalau ikatannya dibuka, nanti kain kafanku  melorot. Sabar yaa, sayang! Nanti kalau kamu sudah halal untukku, saya akan memeluk kamu. Sekarang, bagaimana cara kita mendapatkan restu orang tua?” tanya Pocong meminta solusi.
“Saya akan memanggil persatuan- persatuan setan yang lain, yaitu KuCinBer (Kuntilanak Cinta Bersih), KoTuGon (Komunitas Tuyul Gonrong), PerGenAKer (Persatuan Genderuwo Anti Kekerasan), dan KuPocAKor (Kumpulan Pocong Anti Korupsi) untuk melakukan demo. Merasuki penduduk Desa untuk melakukan protes kepada Orang Tua kita.” Tegas Kuntilanak.
Hal itupun terjadi, semua penduduk melakukan demo kepada orang tua Kurti dan Acong serta Kepala Desa. Mereka menuruti kemauan warga yang kerasukan untuk membawa Penghulu ke kuburan Acong dan Kurti. Di kuburan, Kurti dan Acong dinikahkan lewat perantara orang yang kerasukan setan Kurti dan setan Acong.
Akhirnya Pocong dan Kuntilanak pun hidup bahagia dan mereka mempunyai keturunan KuPon, kuntilanak Pocong. Pocong yang bisa terbang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar