Kuntilanak Ingin dipeluk
Pocong
Oleh: Abdul Rahman
Gelapnya
malam, suasana sunyi terdengar suara jangkrik mengerik, burung hantu, anjing
menggonggong panjang lengking dan suara-suara halus yang terdengar sesekali di
tengah malam gelap. Suara-suara yang seperti membisik di telinga meraba-raba merindingkan
bulu. Suara anak kecil dan suara tertawa serta tangisan menandakan ekstensinya.
Gerakan benda dan bayangan melintas sekejap dalam pandangan.
Di
perbatasan desa Ujung Katinting dengan Balik Papan terdapat tikungan tajam yang
setajam silet, pohon beringin besar yang hanya bisa dirangkul lima orang
berpegangan tangan membuat jalan itu dijuluki tikungan pohon beringin pencabut
nyawa. Hampir dua orang kecelakaan dalam seminggu dan merenggut enam nyawa pengendara.
Pengendara cabe-cabean yang boncengan tiga. Anehnya setiap kecelakaan mengalami
kejadian yang sama yaitu menabrak pohon beringin besar, katanya pohon beringinnya
tidak terlihat dan jalannya tiba-tiba lurus, menurut keterangan para arwah
gentayangan di tempat itu.
Padahal
di pinggir jalan tertulis rambu-rambu lalu lintas, “
DILARANG KECELAKAAN RUMAH SAKIT JAUH DAN
PENGOBATAN MAHAL!” Namun banyak pengendara menghiraukan dan bahkan
tertawa melihat tulisan itu. Jalan yang benar-benar sepi, jauh dari
tempat tinggal penduduk dan sangat jauh dari rumah sakit. Sepinya jalan membuat
para pengendara melaju dengan kecepatan roket. Padahal telah ada teori, bahwa
semakin tinggi kecepatan mengendarai maka akan semakin besar pula peluang
terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan kematian.
Pohon
beringin berdiri kokoh, menjulang tinggi tepat di belokan jalan. Di bawah pohon
berserakan kuburan di antara akar-akar yang menjalar ke permukaan tanah. Darah
mengering di batang pohon, pecahan kaca berserakan dan bebrapa rongsokan
kendaraan membuat angker jalanan menikung. Tikungan yang bisa membuat para pengendara
membelok ke dunia akhirat. Sering juga bayangan hitam melintas secara
tiba-tiba.
Acong
dan Kurti adalah dua anak manusia yang saling mencintai. Mereka telah menjalin
cinta tujuh tahun lamanya, namun restu kedua orang tua belum membungkus
hubungan mereka. Ayah Kurti tidak menyukai Acong karena tingkah laku dan style Acong seperti Bencong atau banci.
Ibu Acong pun tidak suka sama Kurti yang tomboi atau bersifat kelaki-lakian. Acong pernah datang ke rumah Kurti
untuk melamarnya tapi Ayah Kurti malah mem-bully
Acong habis-habisan. Ketika Acong menyampaikan maksud kedatangannya, Ayah
Kurti tertawa dan mengatakan ” Maaf Cong, saya tidak punya anak laki-laki. Putriku mencari suami bukan
mencari istri kayak kamu.”
Acong
tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya bisa menangis dan pergi. Penampilan Acong
memang bencong tapi mentalnya laki-laki banget. Dia ingin merubah semuanya. Dia
berani mendatangi ustads dan meminta
penjelasan.
“Ustaz,
apakah mendapat dosa jika memakai pakaian perempuan atau tingkah lakunya
seperti perempuan?” tanya penasaran sambil mencabut bulu mata palsunya.
“Iya,
perbuatan itu akan mendapatkan dosa, sebagaimana Ibnu ‘Abbas radiallahu ‘anhuma
berkata yang artinya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat
laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.”
Jelasnya
“Ooooo,
gitu yaa ustaz, terimakasih atas pencerahannya, saya mau tobat. Mulai besok
saya pake hijab!” Cetusnya polos.
Ustaz
tepuk dahi dan mengucapkan istiqfar bertubi-tubi. Tasbihnya berputar kencang
bagai roda ban motor Rossi. Dengan sedikit jengkel Ustaz bertanya
“Kamu
itu, akhwat atau ikhwan?”
“Bukan
Ustaz, saya temannya Iwan.”
“Gerrr, maksud saya, kamu cowok atau
cewek sih?” Tanya Ustaz ragu.
“Saya
cowok, namaku Acong. Asal ustaz tau, meskipun saya bencong tapi saya masih
normal. Saya punya pacar.” Bentak Acong dengan menunjukkan kelaki-lakiannya
yang sebenarnya.
Acong
pergi meninggalkan ustaz dengan kesal dan jengkel. Mem-bully adalah kebiasaan yang bisa mengubah mental seseorang. Orang
yang sering di-bully akan sering
menyendiri, tidak percaya diri, mengorbankan perasaan, dan berkecil hati.
Suatu
malam Acong menunjukkan keberaniannya, dia mendatangi rumah Kurti. Motor
Legenda warisan kakek yang setia mengantarnya sampai ke rumah Kurti. Seperti biasanya,
Acong akan menarik seutas tali yang membuat lonceng di jendelah kamar Kurti
berbunyi. Kurti membuka jendela dan melemparkan kertas yang beririsi
pesan”Ambilkan saya tangga di belakang rumah.” Acong langsung menuruti yang
diperintahkan oleh Kurti. Celana bola dan baju hitam oblong yang melekat di
badan, Kurti mengambil motor Acong dan mengajaknya pergi. Acong bingung, apa
yang akan dilakukan dan kemana Kurti mau pergi. Dahinya mengkerut hingga
lekukannya membentuk tanda tanya.
“Tunggu,
kita mau kemana, kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? tolong jelaskan kepadaku!”
Tanya Acong penasaran sambil menahan motor dan mengambil kuncinya.
“Saya
tidak bisa jelaskan sekarang, demi cinta, kita harus bersama. Jika kamu masih
ingin bersamaku. Tolong kamu harus ikut denganku sekarang juga, saya sangat sayang
sama kamu. Kamu juga sayang kan sama saya. Jika kamu benar-benar sayang sama
saya, kita harus pergi sejauh mungkin, sekarang!” Desak Kurti dengan menahan
air matanya yang akan jatuh di pipi.
“Cobalah
jelaskan kepadaku, saya akan membawamu kemanapun kamu mau. Saya siap tulangku
di jadikan perahu untuk menyebrangi samudra jika itu membuatmu merasa aman.”
Ucap Acong meyakinkan.
“Saya
tidak mau berpisah dengan kamu, bawa saya pergi sejauh mungkin, walaupun sampai
ke planet Venus. Ingin rasanya saya pindah dari dunia ini. Dunia yang bisa
menerima cinta kita. Orang tuamu tidak
menyukai saya, orang tuaku tidak menyukai kamu namun di hati kita tumbuh rasa
saling menyukai yang telah terikat dalam rana cinta. Besok, ada orang yang akan melamarku, saya tidak mau
berpisah dengan kamu!” Ungkapnya memegang tangan Acong.
Mereka berani
meninggalkan segalanya. Ketika cinta meronta maka kekuatan manusia tak mampu
menghentikannya. Acong ingin membawa Kurti ke rumah neneknya yang tinggal di
gunung Lompo Battang. Cahaya lampu motor yang redup dan suaranya yang
meraung-raung, namun kecepatannya lumayan tinggi Acong telah memasuki desa
Balik Papan, dan akan melewati perbatasan antara desa Ujung Katinting dengan Balik
Papan. Dua desa yang dibatasi oleh pohon beringin besar di tikungan tajam.
Tikungan tajam setajam silet yang bisa memutuskan nyawa.
Motor melaju kencang, Kurti
memeluk tubuh Acong dengan erat. Inilah taktik yang biasa digunakan para cowok
ketika membonceng seorang cewek. Para cowok mengambil landasan teori, jika yang
membonceng menambah kecepatan, yang dibonceng mengeratkan pegangan atau
pelukan. Ini teori oleh para ahli MoDus (Modal Dusta).
Acong sangat senang
dipeluk Kurti, ia pun menambah kecepatan laju motor. Meskipun yang bertambah
hanya suaranya, lajunya tetap. Motor yang di gunakan kakek Acong dulu, untuk
mendapatkan cinta nenek. Menurut mitos kakek, motor bisa jadi lem yang membuat
cewek melengket. Mitos ini yang dipercaya oleh cowok zaman sekarang untuk
mendekati cewek materialis. Dan ini sangat ampuh, dibandingkan jampi-jampi atau
matra pemikat hati.
Acong tidak konsentrasi
dan tegang, sehingga tidak melihat mobil sepuluh roda yang melaju berlawanan
arah, berada dalam satu jalur. Dengan terpaksa, Acong lebih memilih lurus di
tikungan. Motornya menabrak batu sehingga mereka terlempar. Terlempar ke pohon
beringin. Namun tubuh Acong dan Kurti ditadah kayu runcing. Kayu runcing itu
menusuk tubuh mereka hingga tembus seperti sate. Meskipun maut melepaskan nyawa
mereka, tetapi Kurti tidak melepaskan
pelukannya dari Acong.
Cinta sejati sampai
mati yang terpaku dalam hati dan saling menyayangi tiada henti, itulah cinta
Acong dan Kurti. Memilih jalan silariang (kawin
lari) ketika cinta tak direstui bukan solusi cinta sejati. Banyak orang tidak
mengetahui jalan dan tujuan cintanya, sehingga cintanya membelok dan tak sampai
pada tujuan.
Acong dan Kurti ingin
sekali menikah, tetapi orang tua Acong menjadi samudra luas dan orang tua Kurti
menjadi gunung menjulang yang menghalangi tujuan cinta mereka. Orang tua mereka
baru menyesal setelah anaknya silariang dan
meninggal di jalan akibat kecelakaan. Arwah mereka gentayangan karena
keinginannya belum tercapai, yaitu menikah dengan restu orang tua. Kurti
menjadi kuntilanak sedangkan Acong jadi pocong. Mereka menghantui orang-orang
yang menghalangi cinta mereka dulu, dan orang yang lewat di jalan tikungan
pohon beringin pencabut nyawa. Meskipun mereka gentayangan, tetapi masih sangat
romantis. Mereka tetap menjalin hubungan dan saling menyayangi di dunia lain.
Suatu malam yang sunyi
dan rembulan tak nampak, Pocong ingin melamar Kuntilanak di bawah pohon
beringin yang suhu udaranya sangat dingin. Pocong kedinginan sehingga
menghangatkan badannya dengan memeluk dada. Pocong tidak punya cincin untuk
melamar Kuntilanak. Untuk moment yang
lebih indah, Pocong meminta Kuntilanak untuk mengangkatnya ke atas pohon.
Karena Pocong tidak bisa terbang, dia hanya bisa lompat-lompat. Meskipun sedang
galau tak terhalau, sedih, marah, dan kecewa, Pocong tetap lompat-lompat.
Di atas pohon
beringing, Pocong menyuruh Kuntilanak untuk membuka tali pocong bagian kepalanya,
kemudian dibentuk menjadi cicin. Cincin yang terbuat dari tali pocong terikat
di jari manis Kuntilanak. Setelah Kuntilanak memakai cincin pemberian Pocong,
dia meminta satu permintaan.
“Karena kamu telah
mengikatku dengan cinta, saya ingin kamu peluk diriku!” Pintanya dengan
membentangkan tangan.
“Maaf sayang! Saya
tidak bisa karena kita bukan muhrim. Dan
saya juga tidak bisa karena tanganku terikat. Kalau ikatannya dibuka, nanti
kain kafanku melorot. Sabar yaa, sayang!
Nanti kalau kamu sudah halal untukku, saya akan memeluk kamu. Sekarang,
bagaimana cara kita mendapatkan restu orang tua?” tanya Pocong meminta solusi.
“Saya akan memanggil
persatuan- persatuan setan yang lain, yaitu KuCinBer (Kuntilanak Cinta Bersih),
KoTuGon (Komunitas Tuyul Gonrong), PerGenAKer (Persatuan Genderuwo Anti
Kekerasan), dan KuPocAKor (Kumpulan Pocong Anti Korupsi) untuk melakukan demo.
Merasuki penduduk Desa untuk melakukan protes kepada Orang Tua kita.” Tegas
Kuntilanak.
Hal itupun terjadi,
semua penduduk melakukan demo kepada orang tua Kurti dan Acong serta Kepala
Desa. Mereka menuruti kemauan warga yang kerasukan untuk membawa Penghulu ke
kuburan Acong dan Kurti. Di kuburan, Kurti dan Acong dinikahkan lewat perantara
orang yang kerasukan setan Kurti dan setan Acong.
Akhirnya Pocong dan
Kuntilanak pun hidup bahagia dan mereka mempunyai keturunan KuPon, kuntilanak
Pocong. Pocong yang bisa terbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar